
BPSIP Jambi Lakukan Penyuluhan Smart Farming Sebagai Strategi Pengendalian Inflasi Lewat Radio RRI
KOTA JAMBI - 9 Juli 2024, Dalam upaya mengatasi tantangan inflasi yang terus meningkat, pemerintah Indonesia kini tengah mengembangkan berbagai strategi inovatif dalam sektor pertanian. Salah satu langkah yang menonjol adalah penerapan teknologi smart farming yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kualitas hasil pertanian di seluruh negeri.
Smart farming, atau pertanian cerdas, adalah pendekatan modern yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengoptimalkan proses pertanian. Melalui penggunaan sensor, drone, dan sistem pengelolaan berbasis data, petani dapat memantau kondisi tanah, cuaca, serta pertumbuhan tanaman secara real-time. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengambil keputusan yang lebih tepat waktu dan efektif, sehingga dapat meningkatkan hasil panen dan mengurangi pemborosan sumber daya.
"Smart farming berpotensi menjadi solusi efektif dalam mengendalikan inflasi yang dipicu oleh kenaikan harga bahan pangan," ujar Kiki Suheiti, S.TP., M.Eng, penyuluh pertanian dari BPSIP Jambi selaku narasumber dalam siaran “Jambi Siang Ini” yang disiarkan RRI pada, Selasa, 9 Juli 2024. "Dengan teknologi ini, kita dapat meningkatkan produktivitas pertanian hingga 30%, mengurangi biaya produksi, serta memastikan ketersediaan pangan yang cukup dan berkualitas." imbuhnya.
Kiki juga menyampaikan bahwa baru-baru ini Balai Pengujian Standar Instrumen Agroklimat dan Hidrologi Pertanian, yang berada dibawah Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Sumber Daya Lahan Pertanian, Kementan melaunching aplikasi Sistem Informasi Adaptif Untuk Perencanaan Tanam (SIAP TANAM) 1.0. Aplikasi ini merupakan aplikasi pembaruan dan pengayaan dari aplikasi sejenis yang pernah di launching oleh Kementan beberapa tahun lalu, yaitu Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu Standing Crop (SI KATAM Terpadu-SC). Aplikasi SIAP TANAM 1.0 dirancang agar petani dan stakeholder memiliki panduan yang komprehensif untuk penyusunan kalender tanam, yang mencakup perencanaan tanam, kebutuhan air, kebutuhan pupuk, penggunaan varietas unggul, hingga alat dan mesin pertanian (Alsintan). Dilakukan pula penambahan fitur metode perhitungan neraca kebutuhan air tanaman serta informasi potensi ketersediaan air. “Secara daring aplikasi ini dapat diakses dengan mengetik https://siaptanam.id/ atau dapat diunduh terlebih dulu melalui pranala katam.id.” jelasnya.
Namun, penerapan smart farming bukan tanpa tantangan. Infrastruktur teknologi yang belum merata serta rendahnya tingkat literasi digital di kalangan petani menjadi hambatan utama. Oleh karena itu, Kementan berkomitmen untuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petani, penyuluh dan stakeholder melalui webinar-webinar yang diselenggarakan baik oleh BSIP, BBPSDMP dan Kementan yang dapat diakses secara gratis di berbagai platform sosial media.
Di masa depan, diharapkan bahwa smart farming tidak hanya akan membantu mengendalikan inflasi, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian, meningkatkan kesejahteraan petani, dan memperkuat ketahanan pangan nasional. Dengan langkah ini, Indonesia dapat mengatasi tantangan inflasi secara lebih efektif dan berkelanjutan, serta menjadi pionir dalam inovasi pertanian di Asia Tenggara. (KS).